Thursday, September 22, 2016

ARWAH KORBAN KECELAKAAN

Sore itu aku pulang dari tempat kerja menuju rumah, jarak tempat kerjaku dari rumah sekitar 9 km. Ketika melewati sebuah jembatan besar tepatnya di tikungan daerah persawahan jalanan macet. Kelihatan antrian kendaraan di depanku berhenti lumayan panjang, tampak dari kejauhan ada sebuah mobil patroli dan dua orang polisi sedang mengatur arus kendaraan, berusaha melancarkan jalan. Sekitar seperempat jam aku terjebak dalam kemacetan akhirnya pelan-pelan mobilku mulai bisa maju. Ketika melewati pusat keramaian, barulah aku tahu rupanya baru saja ada kecelakaan. Tampak di sebelah kiri jalan ada sebuah truk penuh dengan muatan dalam kondisi hampir terguling menyandar di sebuah pohon pinus. Kalau saja tidak ada pohon itu kemungkinan truk sudah terguling.

Pada malam harinya seperti biasa aku dan bala Kurawa berkumpul, kali ini kami ngopi bersama di Teras Ngopi 85. Malam itu agak ramai karena ditambah kedatangan Bala Kurawa yang dari dukuh Sawangan dan Pemalang. Mereka bercerita membicarakan kejadian tadi sore tentang mobil truk yang terguling di daerah persawahan yang jauh dari pemukiman. Menurut mereka truk kelebihan muatan sehingga ketika di tikungan yang jalannya menanjak truk tidak kuat. Truk tersebut kemudian melorot mundur disebabkan rem yang sudah tidak mampu lagi menahan beban muatannya. Ternyata di belakang truk ada sebuah sepeda motor yang dikendarai dua orang gadis belia, sehingga tak bisa dihindari lagi sepeda motor itu terkelindas dan terseret. Truk berhenti karena keluar dari badan jalan sampai masuk ke parit yang dalam dan tertahan sebuah pohon pinus.

Dari dua orang gadis itu si pembonceng sempat turun dan menghindari truk yang semakin mundur. Sementara gadis yang mengemudikan sepeda motor ikut terseret dan terlindas badan truk sehingga meninggal di lokasi kejadian dengan kondisi sangat mengenaskan, kepala pecah karena terjepit bagian bawah truk. Menurut mereka gadis belia yang meninggal itu baru berumur 15 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat menuju tempat kerjaku. Seharian pekerjaan sangat menumpuk sehingga aku pulang agak terlambat. Ketika adzan magrib berkumandang aku baru bisa keluar dari tempat kerjaku. Saat itu gerimis mulai membasahi jalan yang kulalui, jalan berkelok dibatasi tebing dan jurang. Sepanjang jalan hanya berpapasan dengan beberapa kendaraan saja.

Melewati sebuah jembatan yang panjang kulihat suasananya juga sepi sekali. Pada saat sampai di daerah sawah dengan belokan jalan yang menanjak, aroma aneh seperti menyengat sekali kurasakan. Kupikir mungkin karena sisa darah kecelakaan kemarin terguyur hujan makanya beraroma seperti ini. Kututup kaca pintu mobilku supaya aromanya berganti parfum mobil. Tapi kok tetap saja baunya tidak enak sekali padahal kaca sudah tertutup rapat. Aku mulai merasa mual ingin muntah, sementara mobil menjadi terasa berat sekali seperti penuh muatan.

Muncul kilat dilangit sedikit menerangi sekitaran luar kendaraanku, dengan tak sengaja kulihat lewat spion tengah, alangkah kaget aku dibuatnya. Sekilas tampak sosok berambut panjang menutupi separuh wajahnya yang putih sekali seperti bersinar. Aku hanya menduga-duga kalau itu sosok asli penunggu tempat itu atau arwah korban kecelakaan kemarin. Tak kuhiraukan sosok itu dari mana asalnya karena aku sudah tidak kuat menahan rasa mual ingin muntah. Kucoba kuinjak pedal gas untuk menambah kecepatan namun hasilnya tetap sama, mobil melaju tetap dengan agak pelan.


Selama perjalanan antara daerah persawahan menuju rumah tidak ada interaksi dalam bentuk apapun. Hanya rasa mual dan sedikit pusing kurasa. Hingga ketika melewati sebuah gedung sekolah, kuhentikan mobilku menepi di depan pintu gerbang sekolah itu. Dengan suara agak kukeraskan aku bilang "om mau pulang ya.. jangan ikut". Tidak ada jawaban sepatah katapun, dalam hitungan detik kemudian sosok itu menghilang. Akupun melanjutkan perjalansn pulangku dengan kecepatan mobil normal dan tidak ada aroma apapun yang menggangguku.

Sebelum sampai di rumah kusempatkan berhenti sebentar di depan rumah bapak. Rupanya di teras rumah ada den Koko dan mas Tejo sedang ngobrol. Kuceritakan apa yang terjadi baru saja. Den Koko juga bilang kalau anak yang meninggal kemarin cantik, putih dan rambutnya panjang. Mungkin sosok yang diceritakan den Koko adalan arwah korban kecelakaan yang mengikutiku baru saja. Keesokan harinya den Koko mengalami kejadian yang sama denganku yaitu diikuti arwah korban kecelakaan di mobilnya. Karena teringat caraku kemarin, maka diapun berhenti di depan gedung sekolah yang dilewati sebelum sampai rumah dan berkata sama seperti yang aku katakan pada sosok itu, dan hasilnya.. Aman...

Tuesday, September 20, 2016

DIKAWAL DAYANG GHAIB GOA LAWA

Purbalingga, Nopember 2015.
Pada hari Minggu, lik Yono paman istriku mengajak kami untuk refreshing melepas lelah setelah melaksanakan hajatan pernikahan Agus dan Isma. Agus adalah sepupu istriku yang tinggal di kampung sebelah. Dengan menggunakan dua mobil kami sekeluarga pergi menuju Obyek Wisata Goa Lawa yang terletak di kaki gunung Slamet, tepatnya di kabupaten Purbalingga.

Saat itu musim penghujan, gerimis membasahi sepanjang jalan yang kami lalui menuju Goa Lawa. Sampai di desa Pratin kabut mulai turun melengkapi hawa pegunungan yang dingin. Kira-kira setelah menempuh satu jam perjalanan sampailah kami di lokasi obyek wisata Goa Lawa. Di tempat parkir kulihat hanya ada beberapa mobil dan sepeda motor saja. Situasi obyek wisata pada hari itu rupanya pengunjung agak sepi, sementara pedagang yang berjualan juga banyak yang tidak membuka tokonya. Setelah membayar tiket masuk dan parkir, kami berjalan memasuki lokasi Goa Lawa dengan ditemani seorang pemandu wisata.
Isma, Agus Lik Yati dan Lik Yono
Dari pintu gerbang masuk menuju area masuk goa kira-kira sepuluh menit kami berjalan kaki . Melalui trap tangga turun mulailah kami memasuki area Goa Lawa. Pemandu wisata menceritakan sejarah ditemukannya goa itu dan bagian-bagian terpenting yang ada di dalam goa. Butiran air yang menetes dari langit-langit goa seperti gerimis yang turun membasahi rambut kami. Stalagtit dan stalagmit juga menghiasi seluruh ruangan goa. Kemudian kami melewati sebuah jembatan kecil tapi memanjang dengan bentang sekitar 50 meter. Jembatan itu merupakan jalan buatan untuk melewati medan goa yang tergenang air. Sempit dan berkelok dengan genangan air yang menghampar di lantai goa mirip sebuah danau kecil di dalam goa.
Semakin dalam kami menyusuri dalam goa, suasana mulai kurasakan semakin agak lain. Hawa mistis mulai kurasakan kuat di sekitarku. Telingaku mulai berdengung seakan ada angin ribut di sekitar kami. Agar yang lain tidak menjadi takut, aku sengaja menjaga sikap seolah-olah tidak ada apapun. Kemudian pemandu wisata menunjukan ruangan-ruangan yang ada di dalam goa. Ada goa Dada Lawa, balai Paseban atau ruang pertemuan, pancuran bertuah dan lainnya. Ketika sampai di sebuah pertigaan dalam goa aku penasaran sekali dengan sebuah pintu masuk kecil yang dipagar besi seakan merupakan peringatan bahwa tidak seorangpun boleh memasukinya. Kutanyakan pada pemandu wisata tempat apakah itu, kenapa malah dipagar? Pemandu wisata menjelaskan bahwa tempat tersebut adalah Goa Ratu, tempat yang keramat yang tidak oleh dimasuki pengunjung.
Aku sengaja memperlambat langkah agar terpisah dari rombonganku. Rupanya rombonganku dipandu melewati jalan yang berada di sebelah kiri, setelah kurasa situasinya sepi aku memutuskan untuk lewat jalan yang berada di sebelah kanan menuju tempat yang membuat aku penasaran tadi. Ternyata benar di pintu yang berpagar tadi terdapat tulisan Goa Ratu. Di depan pintu pagar besi itu aura positif sangat kuat kurasakan seakan menarik untuk mendekat. Sambil duduk beralaskan sendal yang kupakai, aku mencoba bermeditasi memusatkan seluruh komponen kekuatan yang ada pada diriku supaya tahu apa yang ada di sekitarku. Angin sepoi berhembus menerpa wajahku, hawa yang sangat dingin membuatku menggigil, bersamaan dengan itu secara tiba-tiba muncul sosok wanita cantik di dalam ruangan yang berpagar itu. Jarak kami memang agak jauh, tapi masih bisa kulihat jelas dia berbusana seperti putri keraton dengan sumping di telinga dan kemben berwarna hijau gadung melati dengan bawahan batik lurik warna coklat. Dia hanya tersenyum padaku sambil mengangguk kecil menundukan sedikit wajahnya. Hanya dalam hitungan detik sosok itu menghilang bersamaan dengan buyarnya konsentrasiku karena air yang menetes dari langit-langit goa jatuh tepat di hidungku. Hanya aroma harum semerbak melati keraton yang tertinggal menemani diriku yang diam terpana.
Bagian Dalam Goa Lawa
Rasa penasaranku dalam hati rupanya terjawab sudah setelah melihat sosok cantik dengan senyuman yang sangat menawan tadi. Kulanjutkan perjalananku menyusuri jalan dalam goa untuk menyusul rombongan keluargaku. Rupanya mereka sudah menunggu di tangga naik menuju pintu keluar goa. Sekitar tiga jam kami berada di area obyek wisata Goa Lawa, anak-anak menghabiskan waktu untuk bermain di taman. Di atas hamparan tikar kami makan bersama dengan bekal makanan yang memang sudah dipersiapkan dari rumah. Setelah membeli souvenir dan oleh-oleh, sekitar jam 16.00 WIB kami mulai berbenah dan meluncur pulang.
Walapun gerimis tetap semangat broo...
Perjalanan pulang keluar dari pintu gerbang Goa Lawa jalan menanjak sangat tajam. Jalan datar yang kami temui setelah tanjakan adalah desa Pratin. Sampai di jalan yang datar mobil masih kurasakan berat seperti tadi waktu di tanjakan. Memang aura yang aku rasakan di Goa Ratu masih terasa walaupun sudah di dalam mobil dan jauh dari area obyek wisata Goa Lawa. Sementara ku lihat mobil yang dikendarai Lik Yono sekeluarga terlihat normal tanpa beban hambatan. Di dalam mobilku ada dua anak balita yaitu Nindita anakku yang saat itu masih berusia satu setengah tahun dan Zifar anak dari Paung kakaknya Agus. Mulai dari kami keluar lokasi Goa Lawa Nindita dan Zifar tak henti-hentinya menangis.

Sambil mengendalikan kemudi aku coba meraba apa yang terjadi di dalam mobilku. Sampai di lapangan desa Pulosari, aku menepikan kendaraanku. Mobil Lik Yono juga ikut menepi dan menanyakan kenapa harus berhenti. Ternyata benar dugaanku tentang hawa yang aku rasakan sama seperti waktu di Goa Ratu ada di dalam mobilku. Kupindahkan anak-anak berganti ikut dalam mobil lik Yono. Jadi di dalam mobilku hanya berisi orang dewasa.

Setelah kami mulai melanjutkan perjalanan lagi, istriku mencoba menghubungi Isma yang ada di mobil lik yono melalui telepon menanyakan keadaan anak-anak. Ternyata anak-anak dalam kondisi yang tenang dan tidak menangis. Saat terdengar adzan maghrib kami masih berada di wilayah di desa Karangsari. Sambil menyetir iseng ku lihat spion tengah mengamati kondisi di kursi tengah dan belakang. Keluarga istriku di kursi tengah rupanya kelelahan setelah berekreasi, jadi tertidur lelap. Anehnya ada bayangan tiga orang lagi duduk di kursi belakang, padahal jelas-jelas kursi belakang kosong. Sepintas dandanan mereka mirip seperti wanita yang tadi aku temui di Goa Ratu di area obyek wisata goa Lawa.

Sampai dibukit kukusan desa Karangsari, sebelum jalan yang sangat menanjak mobil yang dikendarai lik Yono mengalami trouble sehingga harus berhenti. Akupun ikut menepi dan keluar dari mobil. Ketika kakiku baru menginjakan tanah, aku dikagetkan lagi dengan munculnya tiga sosok yang sudah berdiri dihadapanku, mereka tersenyum manis sekali, dengan kedua telapak tangan disatukan di depan dada, sambil membungkukkan badan sedikit seperti berpamitan dalam hitungan detik mereka menghilang.


Rupanya mereka adalah dayang ghaib yang dikirim untuk mengiringi perjalanan pulangku. Itulah kenapa anak-anak di dalam mobilku selalu menangis, karena anak kecil juga peka terhadap adanya makhluk ghaib di sekitar. Tapi kenapa mereka harus mengiringi perjalananku sampai di bukit Kukusan? Anak-anak aku pindahkan lagi ke mobilku karena aku sudah memastikan kondisi yan aman bagi anak-anak.


Sebelum Isya kami sudah sampai di rumah lik Yono. Ketika semua sudah berkumpul, sambil minum teh hangat dan kue kering barulah aku menceritakan apa yang terjadi sepanjang perjalanan. Spontan suasana di ruang tamu rumah lik Yono menjadi ramai. Ada yang histeris kecil, ada yang hanya melongo dan ada juga yang tertawa sambil mengeluarkan air mata. Mereka baru tahu apa yang sudah terjadi selama perjalanan pulang karena sepanjang perjalanan tadi mereka tidak menyadarinya dan akupun tidak bercerita karena khawatir mereka takut hehehehe...

Wednesday, September 14, 2016

NYI SERUNI WEWE BERAMBUT EMAS

Pengalaman ini kami alami kira-kira dua tahun yang lalu tepatnya bulan Oktober tahun 2014. Malam itu malam Selasa, jam dinding sudah menunjukan pukul 22.05 WIB. Aku masih duduk bersama bala Kurawa Bumijawa di teras rumah den Koko sambil menikmati kopi hitam dan ketela goreng. Malam ini kami hanya berempat yaitu aku, mas Ito Watulawang, den Koko dan mas Tejo. Terdengar bunyi HP mas Ito, ternyata sebuah sms masuk berasal dari mas Wawan bala Kurawa yang tinggal di desa Dukuhtengah. Mas Wawan mengharapkan kami datang mengunjungi rumahnya.

Kami berangkat hanya bertiga menggunakan mobil sedan den Koko. Mas Tejo tidak bisa ikut ke rumah mas Wawan karena sedang tugas piket malam. Sampai di desa Rembul hujan deras mulai turun, jalan satu-satunya menuju rumah mas Wawan adalah melewati makam angker yang ada di dukuh Serang. Setelah melalui sebuah tanjakan sulit yang kondisi aspalnya sudah habis, akhirnya sampailah kami di gang masuk menuju rumah mas Wawan. Setelah mobil diparkir di tepi jalan kampung, kami berjalan kaki kira-kira 200 meter hingga sampai pada sebuah rumah bilik yang sangat sederhana di tengah kebun. Sekeliling kami gelap sekali hanya terlihat bayangan rimbunnya pepohonan. Yang nampak jelas hanya rumpun pohon bambu dan sebuah pohon nangka di belakang rumah.

Rupanya mas Wawan sedang ada tamu, ku hitung ada empat pria dan dua wanita. Sementara kami pun menunggu di halaman depan rumah. Setelah tamunya pulang kemudian kami dipersilahkan masuk ke rumahnya. Kami duduk beralaskan tikar anyaman yang menghampar di ruang tamu. Yah, mas Wawan hidupnya sangat sederhana, pekerjaan sehari-hari sebagai seorang pekerja bangunan cukup untuk menghidupi istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Padahal banyak orang yang sengaja datang minta tolong kepada mas Wawan untuk mengatasi berbagai masalah mereka, tetapi mas Wawan tidak pernah meminta imbalan ataupun mahar. Beliau ikhlas menolongnya, kebanyakan yang datang minta penglaris adalah pedagang nasi goreng yang hidup di perantauan.

Setelah berbincang-bincang sejenak kemudian mas Wawan masuk kedalam kamar. Tak lama kemudian dia keluar sambil membawa sebuah bumbung bambu dengan motif ukiran. Lalu dia pun mempersilahkan kami untuk melihatnya. Begitu aku memegang bumbung bambu itu langsung terasa getaran yang lumayan kuat. Bau harum minyak tujuh penjuru memadati ruangan yang tak lebar itu. Karena rasa penasaran aku mengambil dupa kerucut beraroma rose dan lavender yang selalu aku bawa di saku jaket. Setelah diberi mantra lalu mulai kubakar dupa itu. Harum aroma dupa tak kalah memenuhi ruang tamu rumah mas Wawan.

Kami semua konsentrasi dalam meditasi untuk mendeteksi benda apakah gerangan. Di bawah temaram cahaya lampu ruangan yang tidak begitu terang, samar-samar kulihat tutup bumbung itu mulai berputar membuka. Setelah tutupnya membuka penuh terurailah segenggam rambut berwarna kuning keemasan dengan panjang kira-kira setengah meter.

Kami sangat heran karena baru kali ini melihat bentuk rambut yang seperti itu. Aku berpendapat bahwa tidak mungkin itu adalah rambut manusia. Mas Wawan sambil tersenyum berkata kalau kami ingin tahu jenis rambut makhluk apa itu maka kami harus meditasi sambil memegang rambut itu. Tapi belum sampai kami memegangnya, tiba-tiba tubuh ini mulai merasakan gatal-gatal seperti terkena gurem sawah.

Aku urungkan niatku untuk memegang rambut yang terurai keluar dari bumbung bambu itu. Rupanya mas Ito dan den Koko juga mengalami hal serupa sehingga mereka pun mengikutiku untuk tidak jadi memegangnya. Aku mengeluarkan sebotol minyak misik hitam dan minyak jafaron merah untuk sarana membantu menarik energi yang ada disekitar kami. Satu buah dupa aku bakar lagi, sambil kami mencoba melihat dengan mata bathin apa yang ada di hadapan kami.

Ketika sudah mencapai titik puncak meditasi samar-samar melalui mata bathinku tampak sosok seperti seorang nenek disamping mas Wawan. Sosok itu berambut panjang dengan warna kuning emas persis sekali dengan ada yang di bumbung bambu. Sosok itu jongkok wajahnya kecoklatan agak peot, giginya ompong dan terlihat hanya menggunakan kain selendang batik yang dipakai seperti popok bayi, sementara payudaranya yang sudah peot juga menjuntai sampai ke lantai tanah. Sosok itu tertawa terkekeh sambil memandangi kami. Sosok itu bukan sosok yang menakutkan tetapi malah terlihat lucu.

Setelah selesai meditasi kami lanjutkan ngobrol sambil minum kopi. Mas Wawan kemudian menceritakan awal mula sosok nenek itu sudah sekitar sembilan tahun bersamanya. Sosok itu dari golongan wewe gombel tapi dari jenis yang tidak jahat. Dia biasa memanggilnya si Mong karena biasanya wanita tua kalau di desa dipanggil "Mong" yang artinya nenek. Rambut yang di dalam bumbung itu diberikan oleh si Mong kepada mas Wawan agar dipergunakan untuk tujuan sarana menolong, sebagai sarana penglaris bagi pedagang, menjaga keharmonisan keluarga dan yang pasti adalah sarana pemikat.

Pukul 02.30 WIB dini hari kami pamit pulang. Perjalanan pulang aku duduk di belakang bersama mas ito, sementara den Koko memegang kemudi di depan sendirian. Setelah mobil mulai berjalan den Koko bilang kalau laju mobil terasa berat sekali seperti kelebihan beban muatan. Memang aku dan mas Ito juga merasakan aura yang lain di dalam mobil. Samar kulihat ada sebuah sosok yang duduk di kursi samping den Koko.

Sampai di perbatasan antara desa Dukuhtengah dan desa Rembul tepat disebuah jembatan yang berada di tikungan tajam aku meminta den Koko untuk menepi dan menghentikan mobil. Ternyata benar sosok itu adalah si Mong yang rupanya mengikuti kami di dalam mobil. Aku mencoba berinteraksi dengan sosok si Mong. Ketika ku panggil dengan sebutan si Mong sosok itu berkata kalau namanya adalah Nyi Seruni yang aslinya berasal dari hutan Jurang Mangu. Kami pun meminta nyai Seruni untuk turun dari mobil dan kembali ke rumah mas Wawan. Sambil terkekeh nyi Seruni menghilang dalam gelapnya malam.

Keesokan paginya mas Wawan mengirim pesan melalui sms yang isinya mengharap sekali kedatangan kami lagi pada malam Sabtu karena ternyata nyi Seruni sangat menyukai kedatangan kami bala Kurawa Bumijawa dan akan memberikan dengan sukarela kenang-kenangan kepada kami. Kira-kira apakah gerangan yang akan terjadi berikutnya? Nantikan kisahnya di postingan berikutnya yaa he..he..he...

Friday, September 2, 2016

MISTERI HALIMUN LEMBAH SIRENGGONG

Bumijawa April 2014,
Hari itu Jumat malam Sabtu, seperti biasanya bala Kurawa berkumpul di rumah Den Koko. Pukul 23.15 wib kami bertiga aku, Den Koko dan mas Ito Watulawang berangkat menuju dukuh Sawangan di lereng gunung Slamet. Kami berencana mengunjungi teman-teman bala Kurawa yang ada di sana.
Dengan mengendarai belalang tempurku kami bertiga menyusuri malam yang gelap dan dingin. Kabut mulai turun ketika kami baru sampai di desa Sigedong. Kami mampir sebentar ke rumah mas Yusup di dukuh Anggrum untuk kami ajak serta menuju dukuh Sawangan. Setelah melalui jalan yang menanjak dan berkelok-kelok sampailah kami pada perbatasan jalan yang sangat rusak. Batu jalan banyak yang lepas dan debu menutupi jalanan. Saat itu musim kemarau jadi jalanan yang kami lalui penuh dengan debu, suhu udara pada malam hari dingin sekali.
Pelan tapi pasti belalang tempur kupacu memilih jalan yang bisa dilalui agar tidak terperosok ke dalam jurang. Mas Ito sebagai navigatornya duduk di sampingku. Sementara Den koko dan mas Yusup mengawasi keadaan sekeliling. Sepanjang perjalanan di sekeliling kami yang nampak hanya hutan pinus. Setelah setengah jam kami menempuh jalan rusak tiba lah kami di sebuah pertigaan. Rupanya jalan ditutup karena sedang dilakukan pengecoran jalan. Jalan dialihkan belok ke kiri melalui lembah Sirenggong.
Sepanjang perjalanan mas Yusup bercerita tentang angkernya lembah Sirenggong yang konon pada jaman penjajahan dahulu dijadikan tempat pembantaian. Benar juga yang dikatakan mas Yusup, ketika kami melewati sebuah jembatan kecil dengan tebing yang curam, hawa lain mulai kurasakan. Untuk memastikan barangkali aku salah, kutanya mas Ito dan Den Koko. Ternyata merekapun sama juga merasakan energi yang besar di sekeliling kami. 
Kami berhenti sejenak untuk meditasi agar mendeteksi sumber energi tersebut. Rupanya tidak hanya satu, tapi banyak sekali para penghuni lembah Sirenggong yang ada disekitar kami. Kuputuskan untuk segera pergi dari tempat itu karena energi yang berdatangan semakin tidak bersahabat.
Tibalah kami pada sebuah tanjakan yang medannya sangat buruk. Lampu mobil aku arahkan jarak jauh, terlihat kondisi jalan yang sangat rusak penuh dengan bebatuan yang berhamburan ditambah debu yang tebal. Kumasukan persneling ke gigi satu, dengan kecepatan yang pelan kami tingkatkan kewaspadaan sambil memilih jalan.
Pada pertengahan tanjakan yang curam tiba-tiba muncul kabut yang sangat tebal hingga aku kesulitan melihat jalan di depanku. Dengan sangat terpaksa kuhentikan mobilku sejenak untuk melihat situasi medan, agar kami tidak terperosok kedalam jurang.
Keanehan mulai muncul ketika kabut tebal itu membentuk sebuah lingkaran mirip lorong waktu. Aku memastikan dan bertanya kepada mas Ito, termyata mas dia pun melihat dan merasakan ke anehan itu. Mobil kami seperti di dalam sebuah pipa PVC yang sangat besar. Semua serba putih dan berputar. Tidak ada suara apapun yang kami dengar, bahkan suara mesin mobil pun tidak terdengar sama sekali. Tapi mengapa kurasakan mobil berjalan semakin mundur dan turun, padahal jelas-jelas aku berjalan maju menggunakan persneling gigi satu. Ketenangan suasana yang tidak lazim itu membuat kami seakan dalam dunia mimpi. Sampai kami tersadar ketika suara "praang!!!" terdengar seperti seseorang melempar kaca mobil kami.
Den koko dan mas Yusup memeriksa dari dalam, tapi tidak ada satupun kaca mobil yang pecah.
Gulungan kabut itu menghilang dengan tiba-tiba. Kulihat di depanku sangat gelap sekali. aku berusaha menambah kecepatan agar mobil berjalan maju tetapi hasilnya tetap nihil. Mobil pada posisi yang tidak bergerak sepertinya selip dan hingga akhirnya mesin mobil pun berhenti.
Aku kaget ketika ada yang mengetuk-ngetuk kaca mobilku dengan keras. Setelah kubuka kaca pintu mobil, kulihat ada lima orang yang mendatangi kami. Mereka berteriak-teriak panik sambil menggedor-gedor kaca mobil. Kemudian salah seorang menanyakan kondisi kami yang ada di dalam mobil apakah selamat semua atau ada yang terluka? Kami bingung mengapa mereka menanyakan itu. Karena penasaran, kami berempat keluar dari mobil. Ternyata mobil yang kami kendarai sudah tidak berada di badan jalan lagi tetapi di jurang tepi jalan. Makanya aku tadi aku hanya melihat kegelapan di depanku. Mobil tidak bisa maju ternyata badan mobil sudah di bawah jalan sambil menghadap ke dinding tebing. Untung saja kami tidak terperosok ke dalam jurang yang berkedalaman 12 meter di dekat kami.
Malam itu kami tinggalkan mobil tergeletak dibawah. Orang-orang yang tadi menolong mengajak kami ke truk mereka. Kami meneruskan perjalanan ke dukuh Sawangan dengan menggunakan truk pengangkut pupuk kandang. Sambil berpegangan kantong pupuk
yang menjulang tinggi, kami naik di atas truk sambil tertawa bersama, karena merasa heran dengan apa yang terjadi baru saja.
Sampailah kami di dukuh Sawangan. Kami menceritakan kejadian yang baru saja kami alami, bala Kurawa yang di dukuh Sawangan kemudian bercerita bahwa sering sekali terjadi kejadian aneh di lembah Sirenggong. Kadang yang muncul adalah selendang yang panjang sekali, atau kabut yang tebal membentuk lingkaran.
Keesokan harinya kami bersama-sama menarik mobil agar bisa posisi di badan jalan. Namun yang aneh lagi adalah tidak ada sedikit pun bekas di rumput yang menunjukan kalau semalam mobil kami terperosok. Hmmm... lembah Sirenggong.



 

Wednesday, August 31, 2016

MANFAAT MINYAK BELUT UNTUK PRIA

Jenis belut yang biasa dibuat di dalam resep asli Jawa adalah belut yang hidup di air tawar atau di sawah. Tubuh belut air tawar mengandung banyak nutrisi yang penting untuk tubuh manusia karena bisa digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit.

Manfaat daging belut pada umumnya antara lain :
-  Anti racun
-  Mencegah estoeporosis
-  Meningkatkan kekebalan tubuh
-  Menghambat sel kangker payudara
-  Menyuburkan kandungan
-  Menurunkan resiko terkena serangan jantung
-  Mencegah penyempitan pembuluh darah

Dalam resep asli Jawa dijelaskan bahwa proses pembuatan minyak belut secara tradisional dengan cara teknik rebus atau sangrai bagian kepala dan daging belut, ditambah bahan  herbal lainnya dengan media tambahan daging dan air kelapa hijau segar yang dimasak menggunakan bara arang batok kelapa. 
Teknik pembuatan dan penggunaan minyak belut tersebut, menurut primbon Jawa biasanya ditambahi dengan mantra jawa Ajian Jati Songgo Kuat untuk menambah nilai keampuhan minyak belut tersebut.
Saat ini banyak sekali dijual minyak belut dalam kemasan siap pakai dan dijual secara umum di toko atau outlet minyak. Tapi jangan terjebak dengan produk minyak belut palsu dengan harga murah.

Manfaat minyak belut  untuk pria :
-  Mempertahankan dan memperpanjang ereksi
-  Meningkatkan kejantanan
-  Menambah ukuran Mr.P

Cara menggunakan minyak belut untuk menambah ukuran Mr.P: 
1. MINGGU PERTAMA
Dalam minggu pertama ini adalah proses  menambah ukuran dan memperbesar pembuluh darah, caranya adalah siapkan minyak belut kemudian dioleskan merata ke seluruh bagian Mr.P kecuali bagian kepala. Kepal-kepal, remas dan pijit secara pelan dan halus. Lakukan gerakan seperti itu rutin minimal 10 menit pagi dan sore setiap harinya selama satu minggu. Lihat perbedaannya ketika Mr.P menegang, akan terlihat  garis-garis putih atau belang yang berbeda dengan kulit asalnya, itu menandakan ukuran sudah bertambah.

2. MINGGU KEDUA
Dalam tahap kedua ini adalah proses agar mengeras permanen. Bisa dilakukan dengan metode pijat Jilq atau memeras. Caranya minyak belut dioleskan merata ke seluruh bagian Mr.P kecuali bagian kepala kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan membentuk huruf O. Pegang pangkal Mr.P dan lakukan gerakan menarik keatas. Ketika jari tangan kanan hampir sampai pada bagian kepala, maka lakukan gerakan serupa dengan jari tangan kiri. Ulang gerakan Jilq tadi minimal 10 menit perhari rutin pada pagi dan sore hari selama satu minggu.
Nah sekarang lihat perbedaannya ukuran Mr.P anda sekarang dibanding dua minggu yang lalu.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Monday, August 29, 2016

SI DENOK PERGI TAK KEMBALI

Bumijawa, akhir Pebruari 2014.
Denok masih menempati mobil kijangku yang diparkir di rumah bapak. Suatu hari mobil dipinjam saudara istriku yang berada di sebelah desa. Selama tiga hari mobil berada di tempat saudara istriku. 
Kejadian aneh juga dialami oleh saudaraku itu, katanya ketika mobil diparkir di halaman samping rumahnya, pada malam hari terdengar suara isak tangis yang sangat sedih menyayat hati. Bahkan tidak hanya satu orang yang mendengar, ketika ada petugas ronda yang lewat pun mereka melihat lampu mobil menyala dan mati berkali-kali. Dikiranya ada orang yang di dalam mobil karena lampu bisa menyala dan mati sendiri. Keesokan paginya aku dapat cerita dari saudaraku tentang keanehan dari mobil Kijang itu. Aku pura-pura heran dan tidak tahu menahu tentang keanehan tersebut, padahal dalam hati aku tahu kalau Denok yang melakukan itu, tapi kenapa harus ada tangis tengah malam?.
Menurut bapak itu isyarat kalau Denok tidak betah dan tidak mau tinggal di desa sebelah. Akhirnya kuputuskan untuk membawa kembali mobil Kijangku pulang ke rumah bapak. Rupanya benar kata bapak kalau Denok tidak mau tinggal jauh dari kami, nyatanya setelah kembali parkir di tempat bapak, mobil tidak pernah menunjukan adanya keanehan.
Seperti biasa menjelang malam hari aku bersama teman-temanku bala Kurawa berkumpul di teras rumah bapak. Biasanya kami dapat wejangan rutin dari bapak, setelah itu menghabiskan sisa malam dengan ngobrol atau terkadang sekedar saling mengasah kemampuan. Biasanya hal itu rutin kami lakukan setiap malam Sabtu dan malam Minggu. Malam itu aku bersama Den Koko, mas Gatot, mas Ito Watulawang dan bro Teddy. Kami berlima sedang ngobrol sambil menikmati kue bikinan ibu ditemani kopi hitam buatan mas Gatot. Tiba-tiba handphone di saku jaketku berbunyi tanda ada pesan masuk, ternyata istriku mengirimku sebuah pesan yang isinya memberitahukan kalau di halaman samping rumahku sepertinya ada pencuri yang mencoba masuk. Suaranya jelas sekali terdengar berasal dari samping rumah.
Kami berlima saling membagi tugas dan kami terbagi menjadi dua kelompok. Mas Gatot bersama bro Teddy mengintari dari sebelah selatan. Sementara aku, Den Koko dan mas Ito Watulawang mencegat lewat utara. Secara bersamaan kami bertemu di satu titik yaitu halaman samping rumahku. Tapi kami tidak menemukan tanda-tanda ada orang yang berada di dalam halaman samping. Seluruh sudut sudah kami teliti akan tetapi tidak diketemukan juga tanda-tanda adanya pencuri masuk halaman.
Kemudian istri dan anakku keluar melalui pintu samping dekat garasi, mereka bilang kalau tadi suaranya berisik sekali. Bahkan ada seperti suara sapu lidi yang terjatuh. Istriku kaget ketika melihat halaman samping rumah dalam kondisi bersih dan bekas disapu, bahkan sampahnya masih menumpuk di sudut halaman dan posisi sapu lidi bersama pengki sudah tertata rapi di tempat alat. Padahal menurut istriku tadi sore dia tidak jadi menyapu halaman samping karena mendadak ada tamu, dan posisi sapu lidi masih tergeletak di halaman samping.
Spontan kami berlima para bala kurawa akhirnya tertawa bersama, pasti ini kerjaan si Denok. Yang membuat kami heran kenapa Denok kok membersihkan halaman rumahku? Keesokan harinya kami baru tahu kalau si Denok sudah tidak berada di mobil Kijang lagi. Auranya tidak kami rasakan sama sekali. Mungkin kejadian semalam adalah isyarat si Denok pamitan mau pergi, dan sampai saat ini Denok tak kembali.

HANTU BISU ITU KUBERI NAMA SI DENOK

Pemalang, Pebruari 2014.
Perjalananku saat itu bersama om ku menuju ke rumah temanku yang ada di sebuah desa di pinggiran kabupaten pemalang melalui jalan yang berkelok penuh tikungan tajam dengan medan yang naik turun. 
Sementara itu kabut mulai turun dari lereng gunung Slamet membuat jalan di depanku semakin tidak kelihatan. Jarak pandang hanya kira-kira 10 meter saja. Kaca mobil sudah mulai mengembun sehingga walau dalam kondisi cuaca pegunungan yang dingin terpaksa AC mobil aku nyalakan juga. Lampu kabut sudah aku nyalakan tetapi tidak juga bisa menembus pandangan. Laju mobil pun aku kurangi kecepatannya karena khawatir dengan medan yang selalu melewati tikungan tajam. 
Akhirnya kami sampai di depan rumah temanku. Masih diselimuti kabut kami berdua berjalan pelan menuju rumah yang berjarak sekitar 15 meter dari pintu gerbang. Kami melewati sebuah taman bunga yang dilengkapi dengan kolam ikan dan gazebo. Hawa lain kurasakan ketika melewati kolam itu, mulai terjadi keanehan kurasakan ketika melewati sebuah pohon kecil, telingaku berdengung keras dan tercium juga bau wangi yang khas. 
Setelah kira-kira setengah jam dirumah temanku, kemudian kami pamit pulang. Seperti pada saat tadi memasuki halaman rumah itu, kali ini ketika pulang pun saat kami berjalan melewati taman bunga telingaku kembali berdengung keras. Bahkan sampai di dalam mobil pun masih kurasakan hawa yang lain.
Dalam perjalanan pulang, kurasakan laju mobil tidak bisa lari kencang seperti menahan beban berat 12 orang padahal cuma ada kami berdua, aku mulai berfikir kalau ada sesuatu yang ghaib ikut serta numpang di dalam mobilku. Aku menepikan mobilku berhenti dan konsentrasi sejenak, ternyata benar di kursi belakang mulai terasa ada penampakan tapi tidak begitu jelas karena gelap. Kabut mulai berkurang sehingga jalan aspal mulai nampak jelas garisnya.
Kuteruskan perjalananku dengan laju mobil agak pelan. Disaat melewati sebuah lampu jalan, iseng aku melirik ke spion tengah. Sekilas muncul wajah gadis muda dan cantik duduk di kursi paling belakang. Suasana aneh pun mulai kami rasakan, apalagi om ku mulai merasa mual dan ingin muntah terus, katanya tengkuk terasa berat sekali.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa lirih hihihi.. Om ku kaget dan dengan muka panik beliau menanyakan suara apa gerangan? Dengan santai untuk menenangkan supaya om tidak panik aku jawab itu hanya suara kursi yang bautnya kurang kencang. Rupanya om ku percaya, sampai aku antar pulang kerumahnya beliau tidak menunjukan rasa takut.
Dalam perjalanan pulang aku menghentikan mobilku di jembatan sungai Gung, kulihat lewat spion tengah sudah tidak ada lagi penampakan apa-apa. Tetapi perasaanku tidak bisa dibohongi, yang aku rasakan masih ada makhluk itu di dalam mobil. Sambil berjalan pelan iseng aku bicara sendiri seperti orang gila dengan menyuruhnya pindah ke kursi depan menemani aku.
Jreeng...!!! Kaget aku dibuatnya, hampir saja mobilku lepas kendali masuk selokan. Di kursi sebelahku muncul dengan tiba-tiba sosok yang tadi aku lihat di kursi paling belakang. Tepat di tikungan tempat pengambilan air minum, kuhentikan kendaraanku. Aku berusaha menguasai keadaan dan menenangkan perasaanku. Yang membuat aku mulai tenang adalah ketika kuamati dengan seksama ternyata dia sosok yang tidak menakutkan. Kulitnya hitam manis, rambut panjang sebahu, hidung agak mancung, mirip sekali dengan bintang sinetron Mika Tambayong. 
Mulai kucoba berinteraksi dengan menanyakan siapa dia, sambil merapikan rambutnya di telinga dia hanya menjawab dengan tertawa lirih hihihihi.. Kutanya namanya dan dari mana asalnya, dia menjawab lagi hanya tertawa lirih hihihihi.... Oalah ternyata dia tidak bisa bicara alias bisu. Karena tidak tau namanya aku panggil saja dia "Denok". Eh ternyata sambil mengangguk-anggukkan kepala dia tertawa tanda setuju hihihihi...
Aku tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir dulu ke rumah bapakku yang berjarak 100 meter dari rumahku. Mobil aku parkir di depan rumah bapakku. Aku bercerita banyak tentang kejadian yang aku alami baru saja kepada bapak. Beliau kemudian beranjak menuju mobilku di depan, dan berinteraksi dengan si Denok.
Akhirnya bapak menyuruh Denok supaya tetap di sana bersama bapak. Sementara waktu Denok ditempatkan dalam sebuah mobil Kijang milikku yang aku titipkan parkir di halaman depan rumah bapak. Beliau menyuruhku pulang setelah menetralisirku agar Denok tidak ikut pulang ke rumah bersamaku.
Masih penasaran kisah si Denok selama di sini?? Nantikan kisah selanjutnya yaa..
 

Sunday, August 28, 2016

MANFAAT MINYAK JAFARON MERAH


Sering kita mendengar nama berbagai jenis minyak wangi yang dijual secara umum di outlet minyak wangi yang pada saat ini banyak dan ada hampir di seluruh kota.
Salah satunya adalah minyak Jafaron yang berwarna merah. Kebanyakan orang pada umumnya mengira kalau minyak Jafaron Merah hanya berguna sebagai parfum atau pewangi tubuh saja. Padahal banyak sekali kegunaan atau manfaat dari minyak Jafaron Merah.
Selain untuk menambah aroma tubuh atau sebagai pewangi tubuh, minyak Jafaron Merah bermanfaat untuk hal-hal lain diantaranya adalah :
1. Pembangkit energi
2. Pembangkit birahi
3. Meruwat pusaka
4. Memanggil dan menarik pusaka ghaib yang dihuni oleh khodam
5. Mengaktifkan energi benda pusaka
6. Memperkuat aura
7. Media pengasihan
8. Menambah rasa percaya diri dan membuat jiwa kita stabil

Cara menggunakannya cukup dioleskan pada :
a. Pergelangan tangan
b. Telapak tangan
c. Kening
d. Ubun-ubun
e. Bagian belakang telinga
f. Dada bagian atas

Aroma minyak Jafaron Merah sangat kuat dan menyengat, apabila uapnya terkena mata akan terasa pedas dan apabila aromanya terhirup nafas kita akan menambah daya rangsang tubuh sehimgga akan menambah gairah. Namun disarankan jangan terlalu banyak menggunakan minyak Jafaron Merah, karena akan mengakibatkan naiknya libido pemakainya dan orang disekitarnya.

Minyak Jafaron Merah

Saturday, August 27, 2016

CARA MENANGKAL GANGGUAN MAKHLUK HALUS

Seringkali kita bepergian ke tempat yang baru kita kunjungi dan tidak begitu paham situasi yang sebenarnya, melewati tempat yang menurut orang-orang terkenal angker, atau berhenti di suatu tempat dengan terpaksa karena mengalami mogok kendaraan, ban kempes ataupun yang lainnya.

Nah, supaya kita tidak mengalami gangguan dari golongan makhluk halus jenis jin, siluman ataupun yang lainnya coba menggunakan benda-benda berikut ini .

1. Bawang putih
Bawang putih adalah jenis bumbu masak yang biasanya selalu ada di dapur. Disamping untuk bumbu masak, bawang putih bermanfaat juga untuk menangkal gangguan yang datang karena makhluk halus. Karena aroma bawang putih sangat dibenci makhluk halus, dari jaman dahulu kala bawang putih biasa dipakai oleh orang-orang dahulu sebagai sarana untuk tolak bala, menangkal santet dan gangguan makhluk halus. Tidak ada salahnya ketika kita mau bepergian jangan lupa membawa dalam saku baju atau celana satu sampai dua siung bawang putih yang sudah dikupas. Untuk situasi tertentu ketika memasuki tempat yang dianggap angker gunakan bawang putih untuk mengolesi semua ujung jari tangan dan kaki kita atau bisa juga dengan kuku jari kita ditancap-tancapkan ke bawang putih agar aromanya menyerap. Sisanya kita taruh di saku baju atau celana.

2. Garam
Garam juga biasa dipakai untuk memasak. Sementara kegunaan lainnya merupakan sarana yang penting juga untuk mengatasi gangguan makhluk halus. Dalam dunia supranatural garam merupakan media dalam kegiatan ritual. Garam biasa dipakai untuk media memagar, mengusir atau mengobati dari gangguan makhluk halus. Untuk sekedar berjaga-jaga, kita ambil garam sebanyak satu sendok makan kemudian bungkus garam menggunakan plastik kecil. Setelah itu agar tidak tumpah ujung plastik bisa diikat simpul, disteples ataupun dibakar ujungnya kemudian ditempelkan. Taruh bungkusan itu di dalam saku baju ,celana atau dalam dompet dan selalu kita bawa selama bepergian.

3. Bunga Cempaka
Bunga cempaka atau biasa disebut juga bunga kanthil disamping biasa dipakai untuk media pelet atau pengasihan ternyata juga digunakan untuk menghindari gangguan dari makhluk halus jenis gendurwo. Bunga cempaka yang digunakan adalah bunga yang masih kuncup. Ambil satu kuncup bunga cempaka yang ditempatkan dalam plastik kemudian bisa ditaruh di dalam dompet atau saku baju. Kalau bunga sudah mengering jangan dibuang karena masih tetap berguna. Niscaya gendurwo yang berada di sekitar kita akan menghindar jauh-jauh.

4. Bambu kuning
Dalam masyarakat Jawa bambu kuning biasa disebut pring Gadhing. Bambu kuning juga salah satu benda yang tidak disukai makhluk halus terutama jenis siluman. Caranya kalau bepergian kemana pun bawalah potongan bambu kuning sepanjang kira-kira satu jari. Jadi karena pendek mudah dimasukan ke dalam saku.

5. Rokok
Ada kalanya kita mengalami keanehan ketika di tengah perjalanan kendaraan yang kita gunakan mogok dengan tiba-tiba. Padahal kondisi kendaraan bagus apalagi tahunnya muda. Biasanya kejadian seperti ini terjadi di tempat-tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Sudah berkali-kali distarter tapi mesin tidak juga mau menyala.  Jangan panik, keluarkan saja sebatang rokok dan nyalakan dengan korek api. Pada saat menyalakan rokok pertama kali atau kedua kali biasanya korek api tidak menyala. Cobalah menyalakan lagi, setelah rokok bisa terbakar diamkan dulu beberapa saat. Biasanya akan kita rasakan aroma yang agak menyengat wangi atau bisa juga busuk. Tunggu aroma menyengat yang ada disekitar kita menghilang. Setelah itu coba kendaraan kita starter lagi. Pasti jreng deh.
Semoga bermanfaat.

Friday, August 26, 2016

AENI... OH AENI...

Pasuruan, medio Mei 1998.
Jam dinding di ruang kerjaku sudah menunjukan pukul 16.30 WIB. Kubereskan alat-alat dan meja gambarku untuk siap-siap pulang menuju tempat kos yang berjarak sekitar 5 km dari base camp. Aku bekerja disebuah cabang perusahaan kontraktor yang kantor pusatnya di Banten. Kebetulan perusahaan mendapat tender  pelebaran jalan raya segmen C di kota Bangil, Pasuruan Jawa Timur. Sejak lulus STM Bangunan 2 tahun lalu aku mendapatkan pekerjan ini. Tugasku di kantor base camp sebagai juru gambar merangkap pelaksana lapangan. Di kantor cabang usiaku yang paling muda diantara karyawan lainnya, dan aku hanya pula yang masih berstatus lajang. Maklumlah usiaku saat itu baru menginjak 19 tahun, jadi masa transisi menuju dewasa.
 
Seperti remaja lain seusiaku yang selalu ingin mencari kesenangan disore hari, pulang dari base camp aku tidak langsung menuju tempat kos ku di dekat stasiun kota Bangil. Kupacu sepeda motorku melintasi alun-alun Bangil, dengan tujuan ingin mencari tempat yang nyaman untuk cuci mata. Pada umumnya remaja di kota Bangil pada sore hari berkumpul di alun-alun. Ada yang bersama keluarga, teman atau pun pacarnya.
 
Tak terasa matahari mulai terbenam di ufuk barat. Lampu-lampu hias mulai menyala di seluruh penjuru alun-alun. Cahaya lampu hias tidak cukup menerangi seluruh sudut alun-alun, sehingga terang tapi agak remang-remang. Aku masih duduk di sebuah warung lesehan sambil menikmati segelas kopi hitam. Terdengar alunan lagu "Jogjakarta" yang dinyanyikan Katon Bagaskara dari sebuah radio kecil milik penjual di warung lesehan itu, sangat menyentuh kalbu. 

Kalau sudah duduk sendirian, tanpa ada yang menemani seperti ini aku jadi teringat keluarga di Tegal. Rindu suasana rumah yang sangat nyaman, kangen bapak, ibu, kakak dan adik-adikku. Biasanya jam-jam seperti ini di rumah sedang kumpul minum teh bersama ditemani kue buatan ibu sambil ngobrol dan bercanda. Sudah 2 tahun aku tidak merasakan keindahan saat-saat bersama seperti itu. Ah semakin dalam rasa ini untuk pulang ke Tegal.
 
Hari mulai gelap ketika aku beranjak berjalan melewati taman menuju tempat parkir motorku. Langkahku terhenti ketika ada seseorang yang memanggil namaku. Ternyata dia adalah Aeni, seorang SPG yang aku kenal setahun yang lalu. Wajahnya sih lumayan cantik, kulit putih, postur tubuhnya semampai bahkan lebih tinggi dariku. Sudah satu bulan kami tidak saling bertemu, yang kudengar informasi dari temannya Aeni pindah tugas ke Surabaya. Dulu kami biasa pergi bersama setelah jam pulang kantor ataupun hari libur. Dengan mengendarai sepeda motor kami boncengan jalan-jalan melihat tempat wisata yang ada di sekitar Pasuruan. Walau kami akrab dan sering pergi bersama tapi kami tidak pacaran, hubungan kami malah seperti saudara. Tapi sampai saat itu pun aku belum tahu lokasi rumah orang tuanya, karena tempat favorit kami bertemu biasanya selalu di alun-alun kota Bangil.
 
Seperti biasanya kami melepas kangen karena lama tak bertemu dengan canda dan tawa, ngobrol sambil duduk di sudut taman. Karena sudah agak malam maka aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Tapi jawabannya selalu sama, katanya tidak mau merepotkanku karena jarak rumahnya agak jauh sekitar 10 km dari kota Bangil. Dia memilih untuk naik mini bus saja. Sebelum kami berpisah di halte dekat stasiun, Aeni menyuruhku mencatat alamat rumah orang tuanya dan memintaku untuk bisa meluangkan waktu datang di rumah orang tuanya besok. Aku langsung memberi jawaban pasti kalau aku bisa datang. Saat-saat inilah yang aku tunggu, supaya bisa tahu tempat tinggal dan keluarganya pikirku.
 
Pulang kerja langsung kupacu sepeda motorku dengan cepat. Rasa ingin segera sampai ke alamat yang diberikannya membuat aku bagai seorang pembalap yang ingin mencapai garis finish. 
Seperempat jam kemudian aku sudah memasuki sebuah desa di bawah obyek wisata air panas Tretes. Dengan modal alamat yang ada dan bertanya kepada orang-orang yang aku temui di jalan akhirnya bisa kutemukan juga rumah orang tuanya Aeni. 

Rumah yang besar dengan halaman luas bersih tertata rapi. Di halaman terlihat ada dua pohon mangga yang menghiasi pelataran penuh bunga. Pintu dalam kondisi terbuka, kulihat ruang tamu masih terhampar karpet seperti habis selesai hajatan. Kuucapkan salam sebagai pengantar mengetuk pintu, kemudian seorang bapak-bapak seusia bapakku keluar, postur tinggi besar dan berkumis tebal. Aku mengenalkan diri kalau aku ini temannya Aeni dan kedatanganku untuk menemuinya. Bapak itu mengernyitkan dahinya dan segera menyuruhku duduk. Seorang anak perempuan menyuguhkan secangkir teh manis hangat kepadaku kemudian ikut duduk dikarpet bersama kami. Bapak itu mengenalkan diri kalau beliau adalah bapaknya Aeni, namanya pak Sobari dan gadis kecil yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu adalah adik perempuan Aeni yang bernama Yuni.
 
Pak Sobari mengajakku ngobrol seputar pekerjaanku dan bertanya sejak kapan aku mengenal Aeni. Aku pun bercerita panjang lebar tentang kebersamaan kami selama ini, sambil mataku mencari-cari kenapa Aeni tidak juga keluar. Sampai aku bercerita tentang pertemuanku kemarin malam di alun-alun kota Bangil dan diberi alamat rumah sehingga aku bisa datang bersilaturahmi kesini. Mendadak roman muka pak Sobari berubah tegang sambil mengernyitkan dahinya dan terdiam. Kuberanikan diri untuk bertanya kenapa Aeni tidak segera keluar menemuiku, sedang pergi ataukah belum pulang kerja. Jawabannya sungguh diluar dugaanku pak Sobari setengah tidak percaya kalau aku kemarin bersama Aeni karena beliau berkata bahwa Aeni sudah meninggal dunia 7 hari yang lalu, dan hari ini adalah genap ketujuh harinya.
 
Mataku berkunang-kunang tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi, antara percaya dan tidak. Pak Sobari mengelus-elus pundakku dan berusaha menenangkan situasi yang begejolak dalam hatiku. Kemudian beliau bercerita bahwa sebenarnya Aeni selama ini mengidap kangker otak stadium akhir. Hampir satu bulan terakhir kondisinya semakin parah, sempat dirawat di Rumah Sakit akan tetapi takdir berkehendak lain. Aeni minta pulang dan  menghabiskan waktunya di rumah sampai ajal menjemputnya. Yuni pun bercerita kalau selama ini dia berusaha mencariku karena dengar cerita dari kakaknya tentang kedekatannya denganku. Selama sebulan terakhir sudah sering Yuni sengaja datang ke alun-alun kota Bangil mencariku tetapi tidak menemukanku.
 
Rupanya inilah jawaban dari pertemuanku dengan Aeni kemarin malam, kenapa aku diminta harus bisa datang ke rumah orang tuanya. Akhirnya aku minta diantar menuju ke tempat Aeni dimakamkan. Kami berdoa di atas pusaranya, tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku, hati bagai tersayat sembilu ketika kupandangi kayu nisan yang terpampang jelas nama Aeni binti Sobari. Selesai berdoa Yuni mengeluarkan sebuah amplop biru muda dan memberikannya padaku. Katanya surat itulah yang menyebabkan Yuni mencariku selama sebulan terakhir ini. Dalam surat itu Aeni menceritakan tentang kondisi kesehatannya dan rasa kangen saat-saat bersamaku. Air mataku semakin tak terbendung lagi ketika kubaca bait terakhir surat dari Aeni ".... sebenarnya aku sangat menyayangimu...". 
Aeni.. Oh.. Aeni...

 

Thursday, August 25, 2016

HANTU PENOLONG

Kota Bangil, kabupaten Pasuruan. Siang itu sangat panas membuatku ingin berteduh melepas dahaga disebuah warung dibawah rimbunnya pepohonan di depan stasiun Bangil. Kunikmati segelas es teh dan pisang goreng sekedar untuk mengganjal perut yang ternyata dari pagi belum terisi nasi. Maklumlah anak kos yang sedang bertahan hidup di perantauan.

Aku tinggal disebuah rumah tua peninggalan Belanda tidak jauh dari stasiun. Rumah tersebut hanya dihuni oleh sepasang kakek dan nenek, yang mana kakek itu adalah seorang pensiunan kepala stasiun. Rumah itu sangat besar debgan model bangunan rumah Belanda yang pintu dan jendelanya serba besar. Kamar yang aku tempati terpisah dari rumah induk, ada sebuah koridor mirip di rumah sakit sebagai penghubung antara rumah induk dan kamar yang aku sewa. Sepanjang koridor itu dihiasi beraneka tanaman bunga dan sebuah kolam ikan yang luas. Ditengah kolam ikan itu ada sebuah air mancur tiga susun dan sebuah patung wanita berambut panjang sedang duduk bersimpuh seakan merenung. Disebelah kamarku masih ada dua lagi kamar tetapi masih kosong karena tidak ada orang yang menyewa. Masih dalam deretan kamarku ada sebuah dapur, gudang dan kamar mandi yang klosetnya pun berukuran besar.
 
Malam itu aku tidak bisa tidur, kuputuskan untuk duduk di teras kamar mencari angin segar. Ditemani segelas kopi hitam kuhisap sebatang rokok dalam-dalam. Mataku menyusuri kolam ikan dan air mancur yang tiada henti memancarkan airnya. Hanya inilah hiburan satu-satunya yang ada disini.
 
Rupanya segelas kopi tidak bisa membuatku bertahan dalam menahan rasa ngantuk. Kelopak mataku terasa berat sekali tak kuasa membuka penuh, sangat aneh kurasakan seperti orang kena ilmu sirep. Ketika telingaku mulai berdengung aku pusatkan konsentrasiku meraba apa yang bergejolak di sekitarku. Bulu kuduk mulai merinding, suasana  malam semakin sepi, sementara aku sendirian ditemaram cahaya teras kamar yang remang-remang. Bathin mulai bertanya ada apa gerangan? Hingga mataku tak sengaja melirik kearah patung wanita berambut panjang di tepi kolam ikan. Haah.. dia juga sedang memandangku. Kutepuk pipiku untuk memastikan yang kualami ini nyata ataukah mimpi? Setelah kucoba mengamati lagi ternyata patung itu masih tetap dalam posisinya menghadap ke kolam ikan, bukan memandangku.
 
Rasa  tidak karuan berkecamuk dalam diriku sehingga aku beranjak masuk kedalam kamar. Setelah mengunci pintu dan mengganti pencahayaan dengan lampu tidur, kurebahkan tubuhku diatas dipan kayu yang bergaya spayol. Mataku memandang langit-langit kamar mengingat apa yang terjadi barusan di luar. Kucoba mengganti posisi tidurku dengan badan miring ke kanan sehingga pandanganku menghadap ke pintu kamar. Lampu tidur temaram menerangi kamarku yang cukup luas. Jarak antara dipan dengan pintu saja sekitar 6 meter sehingga ruangan kamar kelihatan luas sekali karena hanya terisi satu dipan, lemari baju dan meja kerja.
 
Tiba-tiba telingaku berdengung sangat keras dan semakin keras, aku coba konsentrasi meraba makhluk apa yang datang. Kulihat samar-samar ada sosok perempuan yang duduk di lantai kamarku, ku amati ternyata mirip sekali dengan patung yang ada di tepi kolam ikan. Tiba-tiba dia menengadahkan wajahya dan tersenyum padaku, saat itulah aku kaget bukan kepalang dan reflek berteriak histeris, sambil berusaha menggapai saklar lampu utama.
 
Kudengar suara pintu kamar diketuk-ketuk keras sambil memanggil namaku. Lampu utama sudah menyala dan sosok itu sudah menghilang entah kemana. Kubuka pintu kamarku, perasaan was-was itu hilang setelah tahu ternyata bapak kos yang berdiri dihadapanku. Beliau bertanya kenapa aku sampai berteriak sehingga suaraku sampai membangunkan beliau. Aku bercerita bahwa ada hantu perempuan dikamarku. Dengan sedikit tertawa terkekeh beliau berkata kalau hal seperti itu dirumah ini sudah biasa, nggak apa-apa karena hantu cantik itu tidak menggangguku. Akhirnya bapak kos menyuruhku kembali tidur dan pergi dari hadapanku menuju rumah induk. Karena informasi dari bapak kos tadi memberi ketenangan pada hatiku sehingga aku bisa tidur nyenyak sampai pagi.
 
Pagi hari sengaja aku menemui bapak kos untuk menanyakan kejadian semalam. Saat itu bapak dan ibu kos sedang sarapan pagi, jadi kuhampiri meja makan sambil menceritakan kejadian semalam. Tapi lagi-lagi yang bikin aku semakin tidak percaya ternyata bapak kos tidak merasa bangun dan mengetuk pintu kamar untuk membangunkanku, bahkan ibu kos juga berkata kalau semalaman bapak tidak beranjak dari tempat tidur, apa lagi sampai bangun dan mendatangi kamarku. Lha terus yang menolong membangunkanku siapa? yang mengetuk pintu kamarku siapa? Berarti yang kulihat dan kutemui semalam juga hantu penunggu rumah tua itu... Waduh, aku hanya bisa memegang keningku tak bisa menjawab semua ini.

Wednesday, August 24, 2016

PERTAMA KALI MENGENAL MAKHLUK HALUS

Kalau saat diam dalam kegelapan seperti ini jadi teringat masa kecilku. Saat pertama kali aku melihat dengan kasat mata sosok makhluk halus. Pada waktu itu aku masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Saat itu umurku baru menginjak 13 tahun, usia yang masih sangat dini untuk mengenal dimensi lain. Tapi disisi lain adalah usia dimana rasa keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi.
Siang itu aku masih ingat, tepatnya hari Minggu Legi awal perubahan hidupku terhadap dimensi lain. Sudah tradisi dalam keluargaku apabila hari weton selalu diperingati dengan cara puasa dan membuat bubur merah putih. Besok adalah Senin Pahing jadi aku harus mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan rutin wetonan. Sore hari setelah mandi keramas aku memulai puasa yang mana puasa wetonan lain dari puasa pada bulan Ramadhan. Dalam puasa wetonan dimulai ketika pergantian waktu menurut hitungan jawa atau saat ketika matahari mulai kearah barat, tepatnya saat Ashar atau sekitar pukul 16.00 wib.
Menurut bapakku karena usiaku yang sudah menginjak masa yang cukup untuk mewarisi tradisi trah, maka bapak akan mulai memberikan dasar pengetahuan dan dasar kemampuan untuk mengolah diri. Semalaman itu bapakku memberi wejangan dan aku disuruhnya untuk bermeditasi didalam kamar tanpa pencahayaan yang terang karena hanya diterangi sebuah lampu minyak yang kecil. Dalam suasana yang remang aku bermeditasi dalam rangka mengenal diriku sendiri. Karena menurut bapak sebelum kita mengenal dunia luar sebaiknya kenalilah dulu siapa diri kita atau jatidiri kita. Sampai saat ayam jantan berkokok dan sinar matahari mulai merah di ufuk timur posisiku tetap pada satu tempat tanpa bergeser, diam dalam konsentrasi tingkat tinggi.
Hari itu Senin Pahing, dunia seakan berputar, tubuh seakan melayang tidak menyentuh bumi, sementara mataku sudah tidak bisa lagi fokus melihat. Di dalam ruangan kamarku semua seakan berwarna abu-abu. Setelah waktu Ashar tiba aku baru membasahi tenggorokanku dengan segelas air dan mengisi perutku dengan sekepal nasi putih dingin.
Oh iya hampir lupa mengenalkan, bapakku adalah seorang guru disebuah sekolah menengah pertama negeri yang berada di kecamatan yang berbeda. Bapak masih keturunan dari trah Kasepuhan Surakarta. Kami disini keluarga pendatang sehingga beliau sangat menjunjung tinggi makna kemandirian, persaudaraan dan unggah ungguh. Sikap seperti itulah yang bapak terapkan kepada anak-anaknya, agar kita selalu "mikul dhuwur mendhem jero" atau dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung karena menurut fatwa pujangga "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya".
Malam harinya aku diajak bapak menuju ke sekolah tempat bapak mengajar. Jarak dari desa kami menuju sekolah tempat bapak mengajar sekitar 5 km. Dengan menggunakan sebuah vespa special tahun 1976, aku duduk diboncengan dengan rasa penasaranku berkecamuk dalam bathin. Hingga sampailah pada pintu gerbang sebuah sekolahan dengan suasana didalamya yang gelap agak remang-remang dengan penerangan lampu bohlam yang cahayanya tidak cukup membuatku bisa melihat seluruh sudut lokasi. Bulu kudukku mulai merinding dan gejolak bathinku mulai dag dig dug tidak menentu.
Bapak berpesan supaya aku jangan takut. Beliau menyuruhku untuk meditasi sebentar agar bisa menenangkan diri dan menerapkan apa yang bapak wejangkan semalam. Kucoba memusatkan pikiranku dan mencoba meraba apa yang ada disekitarku dengan mata bathinku. Suasana gelap aku dan bapak duduk diruang bimbingan konseling, ruang dimana bapakku bekerja di sekolah itu. Awalnya aku tidak bisa merasakan apa-apa sampai akhirnya bapak membantuku dalam meditasi tersebut.
Hawa dingin mulai menjalari kulitku seperti menggerayangi tubuhku, telinga mulai berdengung, tidak bisa mendengarkan suara apapun bahkan suara jangkrikpun aku sudah tidak bisa mendengar lagi. Lambat laun suara dengungan itu menghilang, sayup-sayup kudengar suara gamelan yang bekumandang seperti terbawa angin. Bapak berbisik agar aku tetap diam dan tenang, aku cuma menganggukan kepala karena masih ada rasa takut.
Kemudian bapak menyuruhku membuka mata dan bertanya apa yang aku lihat dan apa yang aku rasakan. Aku menjawab kalau aku hanya mendengar suara gamelan berbunyi tetapi tidak bisa melihat satupun makhluk halus kecuali meja dan kursi bawah temaram cahaya lampu ruangan yang agak remang-remang. Kemudian bapak memegang telapak tanganku. Hawa dingin terasa seakan masuk melalui urat nadiku. Diusapnya kedua alisku dan menyuruhku melihat sekitar ruangan. Tatapan mataku berhenti pada sebuah sudut dekat meja kerja bapak. Jantungku seakan mau copot ketika mataku melihat sesosok wanita cantik dengan wajah kebule-bulean, berambut sebahu dan berkulit putih sewangi aroma tubuhnya yang mulai kurasakan lembut mengisi hidungku.
Bapak berkata agar aku tidak takut, menurut beliau inilah salah satu makhluk dari dimensi lain jenis yang tidak jahat. Dia bisa diajak komunikasi denganku seperti manusia pada umumnya. Kemudian bapak mengatakan kepada wanita itu kalau aku ini anaknya dan berpesan agar menghormati aku sama seperti kepada bapak. Kemudian bapak menyuruh wanita itu duduk di kursi seberang tempatku duduk. Jarak kami sangat dekat hanya di batasi sebuah meja kayu. Dia tersenyum kecil padaku sehingga rasa takutku mulai menghilang, maka kuberanikan diri untuk bertanya " Sopo sejatine siro?" (siapa  kamu sebenarnya?) dengan sedikit menunduk wanita itu menjawab pelan " kulo Erna ingkang manggen wonten ngriki" (saya Erna yang menghuni tempat ini). Alamak lembut sekali suaranya, sementara bapak duduk mengawasi disebelahku.
Tiba-tiba telingaku berdengung sangat keras sekali hingga aku menutup telinga. Aku bertanya pada bapak tentang apa yang terjadi. Bapak hanya bilang itu tanda ada makhluk halus lagi yang mendekat jadi nanti akupun akan merasakan hal yang sama kalau telingaku berdengung. Semakin dekat semakin keras dengungan itu kurasakan dan mendadak jantungku seakan mau copot lagi ketika tiba-tiba muncul sosok wanita satu lagi duduk disebelah makhluk halus yang bernama Erna tadi. Bedanya yang satu ini berambut panjang agak bergelombang. Kepalanya tertunduk dengan rambut yang terburai rapi menutupi separuh wajahnya. Kulihat sedikit wajahnya yang ternyata lumayan cantik juga. Bedanya yang satu ini tidak seputih Erna. Akupun tetap fokus dan konsentrasi dan berusaha berinteraksi dengan sosok wanita yang belum aku ketahui namanya. Mulai kuajukan satu pertanyaan seperti yang aku tanyakan pada sosok Erna.
Ternyata namanya Shinta dan mereka berdua teman akrab dalam dunia mereka. Wah jadi tambah penasaran diriku ingin tahu lebih banyak, kutanyakan mengapa wajahnya menunduk terus dan rambutnya selalu menghalangiku untuk melihat wajahnya. Lama Shinta terdiam, tak ada sedikitpun suara dari bibirnya. Dari bagian wajah yang tidak tertutup rambutnya tidak kulihat senyum semanis Erna, hanya wajah sayu dan raut muka yang sendu. Perlahan kudengar isak tangisnya pelan. 
Bapak kemudian berinteraksi dengan Shinta bahwa aku ingin melihat wajahnya, selanjutnya bapak bilang kepadaku yang penting tetap tenang, fokus dan jangan takut. Aku hanya menganggukan kepala tanda mengerti. Lalu kupandangi dengan dalam wajah dari sosok Shinta itu. Rasa penasaranku semakin dalam ingin melihat kecantikannya. Maklumlah seusiaku kan sedang mulai masa puber jadi sangat senang dengan sesuatu yang indah. Kemudian secara perlahan Shinta mulai menengadahkan wajahnya dan memandangku dengan sorot mata sayu, dia tersenyum kecil kepadaku sambil tangannya menyibakan rambut yang menutupi separuh wajahnya.
Pyaaar..!!! Jantungku seakan copot seketika ketika kulihat wajah aslinya yang tadi tertutup rambut. Terlihat darah segar mengalir dari kepalanya menutupi mata hingga separuh wajahnya. Hiii... ngeri sekali mendadak seluruh bulu kudukku merinding, aliran darah seakan berhenti, tubuh bagaikan tidak bertulang kehilangan daya, seketika pandanganku berkunang-kunang tidak terlihat apapun dan gelap gulita. Sayup-sayup dan semakin lama semakin jelas kudengar suara bapakku memanggil namaku di telingaku. Ketika kubuka mata kulihat bapak di depanku sambil tertawa lirih. Dipegangnya telapak tanganku kemudian kurasakan aliran hawa murni masuk ke tubuhku.
Setelah tenagaku agak pulih bapak mengajakku meninggalkan tempat itu. Kulihat jam dinding menunjukan pukul 02.45 wib. Dalam perjalanan pulang aku cuma bisa mendekap tubuh bapak sambil mengingat apa yang terjadi tadi dan berangan-angan akankah aku mendapatkan pengalaman bertemu makhluk halus seperti mereka lagi? ya mungkin suatu saat nanti.

Tuesday, August 23, 2016

MEMBUAT DONAT KENTANG

Kalau donat yang biasa dijual di Supermarket atau yang berlabel mah udah banyak.. apa salahnya coba kita manfaatkan apa yang ada di daerah, terutama bagi teman-teman yang tinggal di daerah pegunungan yang kebanyakan penghasil sayuran terutama kentang.
Nah.. kali ini coba kita membuat donat dengan bahan olahan dari kentang. Disamping rasanya lebih gurih tentunya bergizinya lhooo...

Yuuuk... sekarang siapin bahan-bahannya dulu...

500      gr         tepung terigu
  50      gr         susu bubuk
  11      gr         ragi instant
200
     gr         kentang
100
     gr         gula psir
  75      gr         mentega
   ½      sdt       garam halus
    4      btr        kuning telur
100
     ml        air dingin 


Udah belooom..?
Kalau sudah siap yuuk kita langsung cara membuatnya..


Langkah pertama
Cuci kentangnya trus dikukus sampai matang lalu dihaluskan dan didinginkan, tapi jangan lupa dikupas dulu yaaa biar gak kebawa tuh kulitnya hehehe....
Langkah berikutnya
Siapin wadahnya yaa.. kalau nggak ada baskom ... ember juga gak papa hehehe...
Dalam wadah, campur tepung terigu, gula, susu bubuk, dan ragi instant. Kemudian di aduk sampai rata.

Setelah semua diaduk lalu masukkan kentang halus ,masukan kuning telur dan tuangkan air dingin. Uleni hingga rata dan setengah kalis.

Kemudian masukan mentega dan garam halus, uleni terus hingga kalis elastis. Diamkan dulu sekitar 15 menit.

Bagi adonan, masing-masing 50 gr, bulatkan. 

Diamkan kira-kira 20 menit, hingga mengembang.

Lubangi tengahnya, menjadi bentuk donat, segera goreng sampai kuning kecoklatan.
Angkat, tiriskan.

Tralaaa... donat sudah jadi.. 
Dalam penyajian hidangan supaya tambah enak dan mempermanis penampilan bisa ditaburi gula halus atau dihias dengan coklat maupun krim.
Wokey kawand.. selamat mencoba yaa... jangan lupa kalau sudah jadi kirim doonk.. hahahaha....