Sore itu aku pulang dari tempat kerja menuju rumah, jarak tempat kerjaku dari rumah sekitar 9 km. Ketika melewati sebuah jembatan besar tepatnya di tikungan daerah persawahan jalanan macet. Kelihatan antrian kendaraan di depanku berhenti lumayan panjang, tampak dari kejauhan ada sebuah mobil patroli dan dua orang polisi sedang mengatur arus kendaraan, berusaha melancarkan jalan. Sekitar seperempat jam aku terjebak dalam kemacetan akhirnya pelan-pelan mobilku mulai bisa maju. Ketika melewati pusat keramaian, barulah aku tahu rupanya baru saja ada kecelakaan. Tampak di sebelah kiri jalan ada sebuah truk penuh dengan muatan dalam kondisi hampir terguling menyandar di sebuah pohon pinus. Kalau saja tidak ada pohon itu kemungkinan truk sudah terguling.
Pada malam harinya seperti biasa aku dan bala Kurawa berkumpul, kali ini kami ngopi bersama di Teras Ngopi 85. Malam itu agak ramai karena ditambah kedatangan Bala Kurawa yang dari dukuh Sawangan dan Pemalang. Mereka bercerita membicarakan kejadian tadi sore tentang mobil truk yang terguling di daerah persawahan yang jauh dari pemukiman. Menurut mereka truk kelebihan muatan sehingga ketika di tikungan yang jalannya menanjak truk tidak kuat. Truk tersebut kemudian melorot mundur disebabkan rem yang sudah tidak mampu lagi menahan beban muatannya. Ternyata di belakang truk ada sebuah sepeda motor yang dikendarai dua orang gadis belia, sehingga tak bisa dihindari lagi sepeda motor itu terkelindas dan terseret. Truk berhenti karena keluar dari badan jalan sampai masuk ke parit yang dalam dan tertahan sebuah pohon pinus.
Dari dua orang gadis itu si pembonceng sempat turun dan menghindari truk yang semakin mundur. Sementara gadis yang mengemudikan sepeda motor ikut terseret dan terlindas badan truk sehingga meninggal di lokasi kejadian dengan kondisi sangat mengenaskan, kepala pecah karena terjepit bagian bawah truk. Menurut mereka gadis belia yang meninggal itu baru berumur 15 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat menuju tempat kerjaku. Seharian pekerjaan sangat menumpuk sehingga aku pulang agak terlambat. Ketika adzan magrib berkumandang aku baru bisa keluar dari tempat kerjaku. Saat itu gerimis mulai membasahi jalan yang kulalui, jalan berkelok dibatasi tebing dan jurang. Sepanjang jalan hanya berpapasan dengan beberapa kendaraan saja.
Melewati sebuah jembatan yang panjang kulihat suasananya juga sepi sekali. Pada saat sampai di daerah sawah dengan belokan jalan yang menanjak, aroma aneh seperti menyengat sekali kurasakan. Kupikir mungkin karena sisa darah kecelakaan kemarin terguyur hujan makanya beraroma seperti ini. Kututup kaca pintu mobilku supaya aromanya berganti parfum mobil. Tapi kok tetap saja baunya tidak enak sekali padahal kaca sudah tertutup rapat. Aku mulai merasa mual ingin muntah, sementara mobil menjadi terasa berat sekali seperti penuh muatan.
Muncul kilat dilangit sedikit menerangi sekitaran luar kendaraanku, dengan tak sengaja kulihat lewat spion tengah, alangkah kaget aku dibuatnya. Sekilas tampak sosok berambut panjang menutupi separuh wajahnya yang putih sekali seperti bersinar. Aku hanya menduga-duga kalau itu sosok asli penunggu tempat itu atau arwah korban kecelakaan kemarin. Tak kuhiraukan sosok itu dari mana asalnya karena aku sudah tidak kuat menahan rasa mual ingin muntah. Kucoba kuinjak pedal gas untuk menambah kecepatan namun hasilnya tetap sama, mobil melaju tetap dengan agak pelan.
Selama perjalanan antara daerah persawahan menuju rumah tidak ada interaksi dalam bentuk apapun. Hanya rasa mual dan sedikit pusing kurasa. Hingga ketika melewati sebuah gedung sekolah, kuhentikan mobilku menepi di depan pintu gerbang sekolah itu. Dengan suara agak kukeraskan aku bilang "om mau pulang ya.. jangan ikut". Tidak ada jawaban sepatah katapun, dalam hitungan detik kemudian sosok itu menghilang. Akupun melanjutkan perjalansn pulangku dengan kecepatan mobil normal dan tidak ada aroma apapun yang menggangguku.
Sebelum sampai di rumah kusempatkan berhenti sebentar di depan rumah bapak. Rupanya di teras rumah ada den Koko dan mas Tejo sedang ngobrol. Kuceritakan apa yang terjadi baru saja. Den Koko juga bilang kalau anak yang meninggal kemarin cantik, putih dan rambutnya panjang. Mungkin sosok yang diceritakan den Koko adalan arwah korban kecelakaan yang mengikutiku baru saja. Keesokan harinya den Koko mengalami kejadian yang sama denganku yaitu diikuti arwah korban kecelakaan di mobilnya. Karena teringat caraku kemarin, maka diapun berhenti di depan gedung sekolah yang dilewati sebelum sampai rumah dan berkata sama seperti yang aku katakan pada sosok itu, dan hasilnya.. Aman...