Pemalang, Pebruari 2014.
Perjalananku saat itu bersama om ku menuju ke rumah temanku yang ada di sebuah desa di pinggiran kabupaten pemalang melalui jalan yang berkelok penuh tikungan tajam dengan medan yang naik turun.
Perjalananku saat itu bersama om ku menuju ke rumah temanku yang ada di sebuah desa di pinggiran kabupaten pemalang melalui jalan yang berkelok penuh tikungan tajam dengan medan yang naik turun.
Sementara itu kabut mulai turun dari lereng gunung Slamet membuat jalan di depanku semakin tidak kelihatan. Jarak pandang hanya kira-kira 10 meter saja. Kaca mobil sudah mulai mengembun sehingga walau dalam kondisi cuaca pegunungan yang dingin terpaksa AC mobil aku nyalakan juga. Lampu kabut sudah aku nyalakan tetapi tidak juga bisa menembus pandangan. Laju mobil pun aku kurangi kecepatannya karena khawatir dengan medan yang selalu melewati tikungan tajam.
Akhirnya kami sampai di depan rumah temanku. Masih diselimuti kabut kami berdua berjalan pelan menuju rumah yang berjarak sekitar 15 meter dari pintu gerbang. Kami melewati sebuah taman bunga yang dilengkapi dengan kolam ikan dan gazebo. Hawa lain kurasakan ketika melewati kolam itu, mulai terjadi keanehan kurasakan ketika melewati sebuah pohon kecil, telingaku berdengung keras dan tercium juga bau wangi yang khas.
Setelah kira-kira setengah jam dirumah temanku, kemudian kami pamit pulang. Seperti pada saat tadi memasuki halaman rumah itu, kali ini ketika pulang pun saat kami berjalan melewati taman bunga telingaku kembali berdengung keras. Bahkan sampai di dalam mobil pun masih kurasakan hawa yang lain.
Dalam perjalanan pulang, kurasakan laju mobil tidak bisa lari kencang seperti menahan beban berat 12 orang padahal cuma ada kami berdua, aku mulai berfikir kalau ada sesuatu yang ghaib ikut serta numpang di dalam mobilku. Aku menepikan mobilku berhenti dan konsentrasi sejenak, ternyata benar di kursi belakang mulai terasa ada penampakan tapi tidak begitu jelas karena gelap. Kabut mulai berkurang sehingga jalan aspal mulai nampak jelas garisnya.
Kuteruskan perjalananku dengan laju mobil agak pelan. Disaat melewati sebuah lampu jalan, iseng aku melirik ke spion tengah. Sekilas muncul wajah gadis muda dan cantik duduk di kursi paling belakang. Suasana aneh pun mulai kami rasakan, apalagi om ku mulai merasa mual dan ingin muntah terus, katanya tengkuk terasa berat sekali.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa lirih hihihi.. Om ku kaget dan dengan muka panik beliau menanyakan suara apa gerangan? Dengan santai untuk menenangkan supaya om tidak panik aku jawab itu hanya suara kursi yang bautnya kurang kencang. Rupanya om ku percaya, sampai aku antar pulang kerumahnya beliau tidak menunjukan rasa takut.
Dalam perjalanan pulang aku menghentikan mobilku di jembatan sungai Gung, kulihat lewat spion tengah sudah tidak ada lagi penampakan apa-apa. Tetapi perasaanku tidak bisa dibohongi, yang aku rasakan masih ada makhluk itu di dalam mobil. Sambil berjalan pelan iseng aku bicara sendiri seperti orang gila dengan menyuruhnya pindah ke kursi depan menemani aku.
Jreeng...!!! Kaget aku dibuatnya, hampir saja mobilku lepas kendali masuk selokan. Di kursi sebelahku muncul dengan tiba-tiba sosok yang tadi aku lihat di kursi paling belakang. Tepat di tikungan tempat pengambilan air minum, kuhentikan kendaraanku. Aku berusaha menguasai keadaan dan menenangkan perasaanku. Yang membuat aku mulai tenang adalah ketika kuamati dengan seksama ternyata dia sosok yang tidak menakutkan. Kulitnya hitam manis, rambut panjang sebahu, hidung agak mancung, mirip sekali dengan bintang sinetron Mika Tambayong.
Mulai kucoba berinteraksi dengan menanyakan siapa dia, sambil merapikan rambutnya di telinga dia hanya menjawab dengan tertawa lirih hihihihi.. Kutanya namanya dan dari mana asalnya, dia menjawab lagi hanya tertawa lirih hihihihi.... Oalah ternyata dia tidak bisa bicara alias bisu. Karena tidak tau namanya aku panggil saja dia "Denok". Eh ternyata sambil mengangguk-anggukkan kepala dia tertawa tanda setuju hihihihi...
Aku tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir dulu ke rumah bapakku yang berjarak 100 meter dari rumahku. Mobil aku parkir di depan rumah bapakku. Aku bercerita banyak tentang kejadian yang aku alami baru saja kepada bapak. Beliau kemudian beranjak menuju mobilku di depan, dan berinteraksi dengan si Denok.
Akhirnya bapak menyuruh Denok supaya tetap di sana bersama bapak. Sementara waktu Denok ditempatkan dalam sebuah mobil Kijang milikku yang aku titipkan parkir di halaman depan rumah bapak. Beliau menyuruhku pulang setelah menetralisirku agar Denok tidak ikut pulang ke rumah bersamaku.
Masih penasaran kisah si Denok selama di sini?? Nantikan kisah selanjutnya yaa..