Thursday, August 25, 2016

HANTU PENOLONG

Kota Bangil, kabupaten Pasuruan. Siang itu sangat panas membuatku ingin berteduh melepas dahaga disebuah warung dibawah rimbunnya pepohonan di depan stasiun Bangil. Kunikmati segelas es teh dan pisang goreng sekedar untuk mengganjal perut yang ternyata dari pagi belum terisi nasi. Maklumlah anak kos yang sedang bertahan hidup di perantauan.

Aku tinggal disebuah rumah tua peninggalan Belanda tidak jauh dari stasiun. Rumah tersebut hanya dihuni oleh sepasang kakek dan nenek, yang mana kakek itu adalah seorang pensiunan kepala stasiun. Rumah itu sangat besar debgan model bangunan rumah Belanda yang pintu dan jendelanya serba besar. Kamar yang aku tempati terpisah dari rumah induk, ada sebuah koridor mirip di rumah sakit sebagai penghubung antara rumah induk dan kamar yang aku sewa. Sepanjang koridor itu dihiasi beraneka tanaman bunga dan sebuah kolam ikan yang luas. Ditengah kolam ikan itu ada sebuah air mancur tiga susun dan sebuah patung wanita berambut panjang sedang duduk bersimpuh seakan merenung. Disebelah kamarku masih ada dua lagi kamar tetapi masih kosong karena tidak ada orang yang menyewa. Masih dalam deretan kamarku ada sebuah dapur, gudang dan kamar mandi yang klosetnya pun berukuran besar.
 
Malam itu aku tidak bisa tidur, kuputuskan untuk duduk di teras kamar mencari angin segar. Ditemani segelas kopi hitam kuhisap sebatang rokok dalam-dalam. Mataku menyusuri kolam ikan dan air mancur yang tiada henti memancarkan airnya. Hanya inilah hiburan satu-satunya yang ada disini.
 
Rupanya segelas kopi tidak bisa membuatku bertahan dalam menahan rasa ngantuk. Kelopak mataku terasa berat sekali tak kuasa membuka penuh, sangat aneh kurasakan seperti orang kena ilmu sirep. Ketika telingaku mulai berdengung aku pusatkan konsentrasiku meraba apa yang bergejolak di sekitarku. Bulu kuduk mulai merinding, suasana  malam semakin sepi, sementara aku sendirian ditemaram cahaya teras kamar yang remang-remang. Bathin mulai bertanya ada apa gerangan? Hingga mataku tak sengaja melirik kearah patung wanita berambut panjang di tepi kolam ikan. Haah.. dia juga sedang memandangku. Kutepuk pipiku untuk memastikan yang kualami ini nyata ataukah mimpi? Setelah kucoba mengamati lagi ternyata patung itu masih tetap dalam posisinya menghadap ke kolam ikan, bukan memandangku.
 
Rasa  tidak karuan berkecamuk dalam diriku sehingga aku beranjak masuk kedalam kamar. Setelah mengunci pintu dan mengganti pencahayaan dengan lampu tidur, kurebahkan tubuhku diatas dipan kayu yang bergaya spayol. Mataku memandang langit-langit kamar mengingat apa yang terjadi barusan di luar. Kucoba mengganti posisi tidurku dengan badan miring ke kanan sehingga pandanganku menghadap ke pintu kamar. Lampu tidur temaram menerangi kamarku yang cukup luas. Jarak antara dipan dengan pintu saja sekitar 6 meter sehingga ruangan kamar kelihatan luas sekali karena hanya terisi satu dipan, lemari baju dan meja kerja.
 
Tiba-tiba telingaku berdengung sangat keras dan semakin keras, aku coba konsentrasi meraba makhluk apa yang datang. Kulihat samar-samar ada sosok perempuan yang duduk di lantai kamarku, ku amati ternyata mirip sekali dengan patung yang ada di tepi kolam ikan. Tiba-tiba dia menengadahkan wajahya dan tersenyum padaku, saat itulah aku kaget bukan kepalang dan reflek berteriak histeris, sambil berusaha menggapai saklar lampu utama.
 
Kudengar suara pintu kamar diketuk-ketuk keras sambil memanggil namaku. Lampu utama sudah menyala dan sosok itu sudah menghilang entah kemana. Kubuka pintu kamarku, perasaan was-was itu hilang setelah tahu ternyata bapak kos yang berdiri dihadapanku. Beliau bertanya kenapa aku sampai berteriak sehingga suaraku sampai membangunkan beliau. Aku bercerita bahwa ada hantu perempuan dikamarku. Dengan sedikit tertawa terkekeh beliau berkata kalau hal seperti itu dirumah ini sudah biasa, nggak apa-apa karena hantu cantik itu tidak menggangguku. Akhirnya bapak kos menyuruhku kembali tidur dan pergi dari hadapanku menuju rumah induk. Karena informasi dari bapak kos tadi memberi ketenangan pada hatiku sehingga aku bisa tidur nyenyak sampai pagi.
 
Pagi hari sengaja aku menemui bapak kos untuk menanyakan kejadian semalam. Saat itu bapak dan ibu kos sedang sarapan pagi, jadi kuhampiri meja makan sambil menceritakan kejadian semalam. Tapi lagi-lagi yang bikin aku semakin tidak percaya ternyata bapak kos tidak merasa bangun dan mengetuk pintu kamar untuk membangunkanku, bahkan ibu kos juga berkata kalau semalaman bapak tidak beranjak dari tempat tidur, apa lagi sampai bangun dan mendatangi kamarku. Lha terus yang menolong membangunkanku siapa? yang mengetuk pintu kamarku siapa? Berarti yang kulihat dan kutemui semalam juga hantu penunggu rumah tua itu... Waduh, aku hanya bisa memegang keningku tak bisa menjawab semua ini.